Kopi Kebumen: Impian Kopi Arabica Daerah Pesisir Pantai

Buah Kopi Arabica Pesisir Kebumen

Pakem yang beredar, bahwa kopi Arabica tumbuh pada ketinggian di atas 700 m, yakni di daerah Pegunungan tinggi. Kopi yang memiliki cita rasa khas terpengaruh kondisi lingkungan sekitar ini akan susah untuk hidup di dataran rendah, terlebih di sekitar Pesisir Pantai. Namun, di pesisir selatan Kebumen, kopi jenis Arabica ini tumbuh dengan baik di antara rerimbunan pekarangan. Benar-benar sebuah kejutan, kalau tidak bisa dikatakan sebagai kenekatan.

“Lha ini nyatanya tumbuh dan berbuah besar dan lebat.” Ungkap Yuri Dulloh (36) dengan bersemangat membuktikan.

Mengetahui Yuri Dulloh dari sebuah koran lokal Tempo waktu yang memuat kisahnya tentang pembudidayaan Kopi Arabica di Kebumen.
“Kok bisa Arabica ditanam di Pesisir Pantai, ketinggiannya ‘cuma’ 5 meter dari atas permukaan laut.”
Membaca sekilas bahwa Kopi Arabica Kebumen ini telah beredar di kafe-kafe di beberapa daerah meski dalam skala terbatas.

Tentang kopi Kebumen, menjadi ingat diskusi Tempo waktu dengan mas Ravie Ananda, Sejarawan, Budayawan Kebumen yang berkata bahwa daerah Kebumen dulu merupakan sentra kopi. Bahkan dalam catatan Belanda juga disebutkan bahwa kopi adalah salah satu komoditas andalan Kebumen pada masa Kolonial. Kopi di Kebumen lantas menghilang sejak tahun 1987 yang digantikan dengan cengkih yang saat itu digandrungi oleh para Petani Kebumen.
Memang tak disebutkan jenis kopi apa yang tumbuh di Kebumen. Mungkin adalah kopi jenis Robusta. Sebagian juga bisa jadi berupa jenis kopi Nyamplung, yakni kopi khas Kebumen dengan buah yang tidak terlalu lebat. Bisa jadi kopi nyamplung ini timbul karena jenis kopi Arabica yang tak cocok dengan kondisi pesisir Kebumen, maka ‘beradaptasi’ menjadi kopi nyamplung.

Kopi Kebumen juga biasanya dikenal dengan kopi kemasan bermerek “Djempol”.
Kopi “Djempol” yang ada sejak tahun 1969 ini telah menjadi ikon kopi di Jawa Tengah bagian Selatan. Sebelum datangnya kopi kemasan merk Nasional dalam skala besar dalam satu dekade ini, kopi “Djempol” menjadi suguhan wajib di pagi hari bersama kretek, linthing dan tempe mendoan. Masyarakat daerah Panginyongan atau Ngapak ini menjadikan kopi “Djempol” sebagai  sesuatu yang harus ada di dalam kebutuhan sehari-harinya. Pabrik dan pusat penjualan Kopi “Djempol” berada di utara Pasar Tumenggungan, Kebumen.

Bahkan, kopi “Djempol” yang berjenis Robusta dengan racikan ‘Rahasia’ vanila, jagung, dan cengkih juga menciptakan cara menikmati kopi yang unik dari Kebumen, yakni nguntut kopi. Kopi dicampur dengan gula yang komposisinya lebih banyak, kemudian sedikit demi sedikit dimakan dan dikulum tanpa diseduh dengan air. Ya, seperti makan permen. Kini sulit untuk menemui lagi nguntut  kopi yang biasanya dilakukan anak-anak. Zaman sekarang sudah beredar permen beraneka rasa, sehingga ‘tradisi’  nguntut mungkin sudah menghilang.

Kopi cap Djempol. Kopi kemasan khas Kebumen. Legendaris

Mas Yuri Dulloh di antara rimbunan tanaman kopinya

Sekarang, Yuri Dulloh memiliki impian besar untuk menghidupkan lagi manisnya kisah kopi di Kebumen. Tak tanggung-tanggung dia mengembangkan kopi Arabica, yang sepertinya ingin menantang pakem umum  tentang kopi arabica.
Mas Yuri yang berada di Desa Pucangan, Kec. Ambal.


Tanaman kopi jenis Arabica, Robusta dan Liberica tumbuh dengan subur dan belajar berbuah. Selain di pekarangannya, dia juga menanam kopi berbagai jenis di daerah lainnya seperti Sempor, Ambal, Kebumen dan Gombong di lahan milik sendiri dan di lahan milik warga setempat dengan sistem kemitraan atau bagi hasil.

“Ini padahal kopi baru saya tanam setahun dua tahun lalu. Sekarang sudah tumbuh lumayan dan berbuah banyak.” Ungkap mas Yuri sambil menunjukkan buah kopi arabica yang masih hijau.

Mimpi mas Yuri tak hanya berhenti di sini. Saat ini, dia bekerjasama Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kebumen sedang menggarap tanaman kopi bersama masyarakat setempat di Laguna Pantai Lembupurwo, Kec. Mirit, Kebumen. Ini lebih ‘gila’ lagi. Okelah kalau kopi Robusta dan Liberica atau Nyamplung sekalipun ditanam di lahan rendah bahkan lahan pasir dekat pantai mungkin masih bisa tumbuh. Lalu bagaimana dengan kopi Arabica? Pasti akan penuh kejutan.

“Kita usaha mas. Kita bermimipi bisa buat kopi Arabica pesisir mas. Kalau berhasil, kopi pesisir bisa jadi ciri khas Kebumen yang bisa mendunia.” Jelas Mas Yuri penuh optimis.

Mas Yuri dan kopi adalah sebuah ikatan yang muncul dari kesadaran untuk memajukan Kebumen. Selama ini Kebumen dipandang kurang berkembang untuk urusan kemajuan ekonomi. Padahal potensinya begitu luar biasa dari sejarahnya yang menjadi lumbung pertanian sejak zaman Mataram, bahkan sebelumnya.
Kopi adalah kisah masa lalu perkebunan di Kebumen yang coba dibangkitkan lagi cerita indahnya oleh Mas Yuri. Bertanam kopi bisa menjadi ikhtiar untuk memajukan ekonomi masyarakat Kebumen. Apalagi kopi saat ini menjadi salah satu komoditas paling menarik di Dunia.

Kopi Kebumen saat ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas. Mas Yuri coba mengenalkan kopi Kebumen dengan menjual di berbagai obyek wisata di Kebumen, seperti Pantai Suwuk, Pantai Petanahan, Benteng Van der Wijck, Goa Jatijajar, dll. Bahkan, di Roemah Martha Tilaar di Gombong dan outlet-outlet Martha Tilaar di seluruh Indonesia, kopi Kebumen menjadi sajian istimewa yang memikat para pengunjung dan menjadi brand khas Kebumen. Selain itu beberapa kafe di Yogya dan Jakarta sudah menjual Kopi Kebumen. Beberapa Wisatawan asing juga pernah datang ke rumah Mas Yuri untuk cupping Kopi Kebumen. Katanya, Wisatawan asing itu sangat menikmati aroma khasnya.

Kopi Robusta Kebumen. Rasanya nikmat dengan semerbak kopi yang khas

Kopi Arabica Pesisir Kebumen yang mulai menguning, mulai matang. Tunggu sebulan lagi.



*diasporaiqbal.blogspot
0 Komentar untuk "Kopi Kebumen: Impian Kopi Arabica Daerah Pesisir Pantai"

 
Copyright © 2015 Baca Berita - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top