Jumat, 18 Desember 2015

Spiritualis VS Supranaturalis


Saat ini ada beberapa dari para Praktisi yang rancu dalam memaknai Spiritualisme, dan menganggap bahwa semua kegiatan Metafisika sebagai ilmu Spiritual. Ini adalah suatu pendapat yang sudah salah kaprah.

Ilmu-ilmu Metafisika secara prinsipil terbagi dalam dua kategori, yang bisa berupa tahapan atau bisa juga berdiri secara sendiri-sendiri.

1. SUPRANATURAL
2. SPIRITUAL

Supranatural ==> How To be Something. How To atau metode-metode untuk mengubah suatu energi untuk menjadi sebuah materi.
Contoh: Bagaimana cara mendapatkan, mewujudkan dan lain-lain.

Bersifat Horisontal Duniawi
Pada intinya adalah suatu rumus keilmuan yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu yg bersifat Duniawi, seperti agar menjadi lebih teguh, lebih merasa percaya diri, lebih sakti, lebih sukses, lebih menjadi kaya, Kanuragan dan lain-lainnya.

Spiritual ==> How To be Nothing. How To atau metode-metode untuk mengubah suatu materi untuk menjadi suatu energi.
Contoh: Bagaimana cara melepaskan, memurnikan, mengikhlaskan dan lain-lainnya.

Bersifat Vertikal Transendental.
Dan pada intinya adalah suatu jalan untuk secara bertahap melakukan penyempurnaan Diri dan untuk melepaskan segala kemelekatan terhadap segala hal yang bersifat Keduniawian. Bahkan juga mengkonversi segala kegiatan Duniawi untuk memajukan pada dimensi Keruhaniannya (ukhrowinya)
Contoh: Amalannya, memperbanyak sedekah, berdzikir yang hanya murni untuk Taqorrub dan lain-lain.

TIPUAN SPIRITUAL
Dunia Batin, sungguh penuh dengan tipuan dan penuh jebakan bagi Jiwa. Bahkan pencapaian-pencapaian Keruhanian itu malah bisa menjadi sebuah hijab bagi pengembangan Diri dan kultivasi kesadaran Ruhani. Dan terkadang sebenarnya masihlah belum masuk kedalam dimensi Spiritual tetapi masih termasuk didalam dimensi Supranatural atau Duniawi belaka.
Contoh: Kemampuan melihat hal-hal yang Ghaib, terawangan, kemampuan mendapatkan sebuah benda-benda dari Gaib, kesaktian, kemampuan melihat dimensi Surgawi, kemampuan bertemu Arwah dan lain sebagainya.

Ciri utama daripada Dunia Supranatural adalah : Ini adalah suatu skill atau kompetensi, jadi bisa dipelajari dan tentu bisa untuk diulang-ulang kembali sekehendak hati kita.
Sedangkan ciri utama pada Dunia Spiritual adalah : Apapun yang diperoleh ini adalah suatu Anugerah, dan tentu tidaklah bisa diupayakan sekehendak hati. Terjadi semata-mata karena Rahmat, Hidayah dan Pertolongan dari Allah subkhanahu wata'ala (SWT) semata.
Bahkan pencapaian-pencapaian Keruhanian dalam dunia Thoriqoh atau pada maqam Thariqat, itupun bersifat hanya untuk diketahui saja dan tetapi tidaklah untuk diakui.
Jadi, bila seseorang dalam bertarekat merasa dan mengaku telah mencapai pada maqom (derajad spiritual) ini dan itu, maka pada hakikatnya atau sesungguhnya hal itu adalah suatu pengakuan yang palsu.

Seorang Senior yang dalam maqom Tarekat mengatakan, ketika seseorang berkata dan ia mengaku telah mencapai pada suatu maqom tertentu, maka itu adalah suatu pengakuan palsu dan adalah suatu kebohongan belaka.
Karena orang yg suka mengaku-aku, artinya dirinya masih butuh pengakuan dari manusia dan tidak butuh pengakuan dari Tuhan.

MITOS SPIRITUAL
Salah satu mitos Spiritual adalah, kalau yang dilakukannya itu menggunakan bahasa Arab atau menggunakan Dzikir dan lain-lain (yang sejenisnya), maka itu pastilah Spiritual.
Ini sebenarnya hanyalah sebuah Mitos dan bisa jadi adalah merupakan suatu tipuan dari Nafsu (Nafsu Duniawi yang berkamuflase Agama). Dan bisa jadi tertipu oleh Talbis Iblis atau tipuan dari Syetan.
Karena apapun yang dibaca, bila tujuannya untuk Duniawi, maka hal itu masih termasuk pada dimensi Supranatural.

SINERGI HARMONIS SUPRANATURAL & SPIRITUAL.
Untuk mempersatukan dimensi Supranatural & Spiritual, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah : buang segala kepalsuan dan tipuan. Jangan lagi melakukan kamuflase Nafsu yang berkedok Spiritual atau Agama.

Kedua : Terimalah kenyataan ini dan bahwa ini adalah untuk tujuan Duniawi saja dan yang itu untuk tujuan Ukhrowi.
Jadi terima kenyataannya bahwa pancaran dari fokus kesadaran itu ada yang bersifat Horisontal dan ada pula yang bersifat Vertikal. Ada dimensi Supranatural dan ada juga dimensi Spiritual.

Ketiga : Lakukan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan Diri masing-masing. Karena adalah fakta bahwa sebagai Manusia yg masih hidup di Dunia Fana', maka tentulah kita masih membutuhkan Duniawi sebagai alat untuk survive dalam kehidupan di Dunia ini.

Oleh karena itu, ambillah aspek Duniawi sesuai dengan kebutuhan. dan janganlah terlalu berlebihan. Karena hal itu hanya akan memberatkan di aspek Spiritual.

Wallahu a'lam...



*mediametafisika.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar